Pengertian dan Pembuatan Jurnal Penyesuaian dan Neraca Lajur Lengkap Beserta Caranya. Apa itu Jurnal Penyesuaian? Kenapa setiap perusahaan yang akan membuat laporan keuangan harus melakukan penyesuaian terlebih dahulu sihhh? Berikut Penjelasannya.
Di artikel kita sebelumnya telah membahas tentang Pengertian, Fungsi, Jenis, Bentuk, & Cara Pembuatan Buku Besar dan Neraca Saldo. Kali ini kita akan membahas tentang Jurnal Penyesuaian.
Apa sihhh Jurnal Penyesuaian ituu? Jurnal Penyesuaian adalah jurnal yang digunakan untuk menyesuaikan akun-akun dalam perusahaan yang belum menunjukkan perasaan yang sebenarnya, ehh maksudnya keadaan yang sebenarnya.
Untuk lebih lengkapnya, Mari kita scroll ke bawah.
Pengertian Jurnal Penyesuaian
Jurnal Penyesuaian adalah jurnal yang umumnya dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menyesuaikan saldo akun-akun tertentu sehingga akun tersebut mencerminkan saldo yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Jurnal penyesuaian ini biasanya dibuat setiap kali perusahaan akan menyusun laporan keuangan.
Penggunaan jurnal penyesuaian memungkinkan untuk melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas yang tepat atau menunjukkan saldo yang sebenarnya dalam laporan posisi keuangan pada tanggal laporan.
Jurnal penyesuiaan juga memungkinkan untuk melaporkan pendapatan dan beban perusahaan yang tepat atau menunjukkan saldo yang sebenarnya dalam laporan laba rugi untuk periode tersebut.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam dibuatnya jurnal penyesuaian ini adalah sebagai berikut:
- Agar setiap akun nominal (akun pendapatan dan akun beban) menunjukkan saldo yang sebenarnya atau yang seharusnya diakui dalam suatu periode akuntansi.
- Agar setiap akun riil, khususnya akun aset dan kewajiban menunjukkan jumlah saldo yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi.
Dua Kategori Jurnal Penyesuaian
Sebagian besar penyesuaian yang harus dilakukan pada akhir periode oleh perusahaan digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok akrual dan deferal.
Kelompok Akrual
Kelompok Akrual adalah kelompok penyesuaian yang timbul dari keterlambatan pencatatan akuntansi yang terjadi sedemikian rupa sehingga perusahaan belum mencatat beban yang harusnya telah terjadi serta pendapatan yang telah menjadi hak milik perusahaan. Akrual bisa berupa beban yang masih harus dibayar (utang beban) ataupun pendapatan yang masih harus diterima (piutang pendapatan).
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang telah terjadi dan sudah menjadi kewajiban perusahaan, tetapi perusahaan belum membayar dan mencatat beban tersebut. Contohnya adalah gaji karyawan yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya, tetapi sampai akhir periode akuntansi masih belum dibayarkan.
Contoh lainnya adalah bunga pinjaman yang sudah menjadi kewajiban perusahaan, tetapi perusahaan belum membayar dan mencatatnya. Beban yang masih harus dibayar ini sering disebut sebagai utang beban (Accrued Expense).
Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang telah menjadi hak milik perusahaan, tetapi masih belum diterima pembayarannya dan masih belum dicatat dalam pembukuan.
Contohnya adalah pendapatan sewa yang sudah menjadi hak milik perusahaan, tetapi sampai akhir periode akuntansi belum diterima pembayarannya atau belum dicatat.
Contoh lainnya adalah pendapatan jasa yang masih harus diterima oleh perusahaan, tetapi belum dicatat sampai akhir periode akuntansi. Pendapatan yang masih harus diterima bisa disebut sebagai piutang pendapatan (Income Receivable).
Kelompok Deferal
Kelompok Deferal adalah kelompok penyesuaian yang timbul dari pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan sedemikian rupa sehingga terjadi penundaan pengakuan suatu beban atau suatu pendapatan.
Deferal atau penundaan bisa berupa penundaan dalam pengakuan beban atau penundaan dalam pengakuan pendapatan. Deferal bisa berupa beban dibayar dimuka (beban ditunda) dan pendapatan diterima dimuka (pendapatan ditunda).
Beban ditunda (deffered expenses) adalah pos yang pada awal terjadi dicatat sebagai aset, tetapi diharapkan akan menjadi beban pada kurun waktu tertentu atau melalui operasi normal perusahaan.
Contoh dari beban ditunda adalah sewa dibayar dimuka dan perlengkapan. Ketika perusahaan membeli perlengkapan, transaksi ini dicatat dengan mendebit akun perlengkapan. Selanjutnya ketika perlengkapan dipakai, maka aset perlengkapan akan berubah menjadi beban perlengkapan.
Hal yang sama juga terjadi pada sewa dibayar dimuka. Pada awalnya perusahaan membayarkan uang sewa untuk masa 1 tahun atau lebih, perusahaan mencatatnya dalam akun aset sewa dibayar dimuka.
Dan dengan berlalunya waktu maka sedikit demi sedikit aset ini akan berubah menjadi beban sewa. Beban ditunda ini sering disebut juga sebagai beban dibayar dimuka (Prepaid expenses).
Pendapatan ditunda (deffered revenue) adalah pos yang pada awalnya akan dicatat sebagai kewajiban, tetapi diharapkan akan menjadi pendapatan dalam kurun waktu tertentu atau melalui operasi normal perusahaan.
Contoh dari pendapatan ditunda adalah pendapatan jasa diterima dimuka dan sewa diterima dimuka.
Ketika perusahaan menerima uang sebelum memberikan jasa kepada pelanggannya atau dengan kata lain perusahaan menerima uang muka, perusahaan akan mencatat transaksi itu dengan mendebit kas dan mengkredit akun pendapatan diterima dimuka.
Seiring berjalannya waktu, pendapatan diterima dimuka ini sebagian demi sebagian akan dicatat sebagai pendapatan jasa. Pendapatan ditunda sering disebut sebagai pendapatan diterima dimuka (Prepaid Income).
Akun-akun yang perlu disesuaikan:
Perlengkapan
Dalam menyesuaikan perlengkapan dibagi menjadi dua metode pencatatan, yaitu metode aset dan metode beban.
Metode Aset
Perlengkapan akan disesuaikan menggunakan metode aset jika pada saat pembelian perlengkapan dicatat sebagai aset dalam akun perlengkapan. Nominal yang digunakan dalam metode ini adalah sebesar perlengkapan yang terpakai selama periode akuntansi.
Contoh Penyesuaian:
Dalam Neraca Saldo terdapat akun sebagai berikut:
- Perlengkapan Toko Rp 2.000.000,-
- Perlengkapan Kantor Rp 1.800.000,-
Data penyesuaian pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:
- Perlengkapan toko yang terpakai selama periode akuntansi sebesar Rp 1.500.000,-
- Setelah dilakukan stock opname perlengkapan kantor yang tersisa adalah Rp 500.000,-
Des | 31 | Beban Perlengkapan Toko | 1.500.000,- | |
– Perlengkapan Toko | 1.500.000,- | |||
(perlengkapan yang terpakai) | ||||
31 | Beban Perlengkapan Kantor | 1.300.000,- | ||
– Perlengkapan Kantor | 1.300.000,- | |||
(1.800.000 – 500.000) | ||||
Metode Beban
Dalam metode beban, akun perlengkapan akan disesuaikan dengan mencatat akun perlengkapan di debit dan akun beban perlengkapan di kredit sebesar nilai perlengkapan yang tersisa. Perlengkapan akan disesuaikan menggunakan metode ini jika pada saat pembelian perlengkapan dicatat sebagai beban dalam akun beban perlengkapan.
Contoh Penyesuaian:
Dalam Neraca Saldo terdapat akun sebagai berikut:
- Beban Perlengkapan Toko Rp 3.000.000,-
- Beban Perlengkapan Kantor Rp 2.000.000,-
Data penyesuaian pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:
- Setelah dilakukan stock opname perlengkapan kantor yang tersisa adalah Rp 300.000,-
- Perlengkapan toko yang terpakai selama periode akuntansi sebesar Rp 1.800.000,-
Des | 31 | Perlengkapan Toko | 300.000,- | |
– Beban Perlengkapan Toko | 300.000,- | |||
(Perlengkapan yang tersisa) | ||||
31 | Perlengkapan Kantor | 200.000,- | ||
– Beban Perlengkapan Kantor | 200.000,- | |||
(2.000.000 – 1.800.000) | ||||
Penyusutan Aset Tetap
Aset Tetap harus disusutkan selama periode akuntansi, setiap akan membuat laporan keuangan. Untuk menyesuaikan penyusutan aset tetap ini jurnal yang digunakan adalah beban penyusutan aset tetap di debit dan akumulasi penyusutan aset tetap di kredit.
Contoh Penyesuaian:
- Peralatan untuk tahun ini disusutkan sebesar Rp 3.000.000,-
- Kendaraan yang dibeli setahun yang lalu dengan harga perolehan Rp 12.000.000,- dan masa manfaat 5 tahun tanpa nilai residu, disusutkan menurut metode garis lurus.
Des | 31 | Beban Penyusutan Peralatan | 3.000.000,- | |
– Akum. Penyusutan Peralatan | 3.000.000,- | |||
(Penyusutan Peralatan) | ||||
Beban Penyusutan Kendaraan | 2.400.000,- | |||
– Akum. Penyusutan Kendaraan | 2.400.000,- | |||
(12.000.000 / 5) | ||||
Amortisasi Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud harus diamortisasikan selama periode akuntansi, setiap perusahaan akan menyusun laporan keuangan. Untuk menyesuaikan amortisasi aset tak berwujud, jurnal yang digunakan adalah beban amortisasi aset tak berwujud di debit dan aset tak berwujud di kredit.
Contoh Penyesuaian:
- Trademark yang dibuat dua tahun yang lalu dengan harga perolehan Rp 20.000.000,- dan masa manfaat 10 tahun, di amortisasi menurut metode garis lurus.
Des | 31 | Beban Amortisasi | 2.000.000,- | |
– Trademark | 2.000.000,- | |||
(20.000.000 / 10) | ||||
Beban yang masih harus dibayar
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang harusnya telah menjadi tanggungan perusahaan, tetapi masih belum dibayar oleh perusahaan. Beban yang masih harus dibayar ini diperlakukan sebagai utang oleh perusahaan. Beban yang masih harus dibayar sering disebut sebagai utang beban (Accrued Expense).
Contoh Penyesuaian:
Sebagian neraca saldo per 31 Desember 2018
- Utang Obligasi Rp 100.000.000,-
- Beban gaji Rp 4.000.000,-
- PPN Masukan Rp 2.500.000,-
- PPN Keluaran Rp 3.600.000,-
- PPh dibayar dimuka Rp 3.500.000,-
Data penyesuaian 31 Desember 2018
- Gaji karyawan yang masih harus dibayar pada bulan desember sebesar Rp 4.000.000,-
- Jumlah Beban PPh tahun ini adalah sebesar Rp 5.000.000,-
- Tutup saldo PPN Masukan dan Keluaran, sehingga menghasilkan Piutang PPN atau Utang PPN
- Bunga Obligasi 6% per tahun dibayar tiap-tiap 1 April dan 1 Oktober
Des | 31 | Beban Gaji | 4.000.000,- | – |
– Utang Gaji | – | 4.000.000,- | ||
(gaji yang belum dibayar) | ||||
31 | Beban PPh | 5.000.000,- | – | |
– PPh dibayar dimuka | – | 3.500.000,- | ||
– Utang PPh | – | 1.500.000,- | ||
(PPh kurang bayar) | ||||
31 | PPN Keluaran | 3.600.000,- | – | |
– PPN Masukan | – | 2.500.000,- | ||
– Utang PPN | – | 1.100.000,- | ||
(PPN Kurang Bayar) | ||||
31 | Beban Bunga | 1.500.000,- | – | |
– Utang Bunga | – | 1.500.000,- | ||
(100.000.000 X 6% X 3/12) | ||||
Beban dibayar dimuka
Dalam menyesuaikan beban dibayar dimuka dibagi menjadi dua metode, yaitu metode aset dan metode beban.
Metode Aset
Pencatatan menggunakan metode aset apabila pada saat pembayaran dicatat sebagai aset pada akun beban dibayar dimuka. Penyesuaiannya adalah menggunakan nominal biaya yang telah terpakai selama periode akuntansi.
Metode Beban
Pencatatan menggunakan metode beban apabila pada saat pembayaran dicatat sebagai beban pada akun beban-beban. Penyesuaiannya adalah dengan menggunakan nominal yang masih tersisa atau yang belum terpakai selama periode akuntansi.
Contoh Penyesuaian:
Sebagian neraca saldo per 31 Desember 2018
- Sewa dibayar dimuka Rp 3.600.000,-
- Asuransi dibayar dimuka Rp 2.400.000,-
- Beban Iklan Rp 5.000.000,-
Data penyesuaian pada 31 Desember 2018
- Sewa dibayar dimuka adalah sewa untuk jangka waktu 2 tahun yang dibayar tanggal 2 Maret 2018
- Asuransi yang telah dibayar untuk 1 tahun dimulai tanggal 2 Juli 2018
- Iklan telah dibayar untuk 10 kali penerbitan dan sampai 31 Des 2018 baru terbit sebanyak 6 kali
Des | 31 | Beban Sewa | 1.500.000,- | – |
– Sewa dibayar dimuka | – | 1.500.000,- | ||
(3.600.000 X 10/24) | ||||
31 | Beban Asuransi | 1.200.000,- | – | |
– Asuransi dibayar dimuka | – | 1.200.000,- | ||
(2.400.000 X 6/12) | ||||
31 | Iklan dibayar dimuka | 2.000.000,- | – | |
– Beban Iklan | – | 2.000.000,- | ||
(5.000.000 X 4/10) | ||||
Pendapatan yang masih harus diterima
Penyesuaian ini digunakan untuk mencatat pendapatan yang telah menjadi hak perusahaan, tetapi belum diterima secara tunai oleh perusahaan, misalnya dari bunga wesel, bunga deposito, dan lain-lain.
Contoh Penyesuaian:
Data penyesuaian 31 Desember 2018:
- Bunga atas simpanan deposito bulan Desember sebesar Rp 300.000,- belum diterima oleh perusahaan.
- Wesel tagih nilai nominal Rp 10.000.000,- dengan bunga 12% untuk jangka waktu 90 hari dimulai dari 1 November 2018.
Des | 31 | Piutang Bunga | 300.000,- | – |
– Pendapatan Bunga | – | 300.000,- | ||
(Bunga ymh diterima) | ||||
31 | Piutang Bunga | 200.000,- | ||
– Pendapatan Bunga | 200.000,- | |||
(10.000.000 X 12% X 2/12) |
Pendapatan diterima dimuka
Dalam menyesuaikan akun pendapatan diterima dimuka dibagi menjadi dua metode, yaitu metode pendapatan dan metode utang.
Metode Utang
Pencatatan pendapatan diterima dimuka menggunakan metode utang apabila pada saat menerima uang muka perusahaan mencatatnya sebagai utang yaitu pada akun pendapatan diterima dimuka. Nominal yang digunakan adalah pendapatan yang telah menjadi hak perusahaan.
Metode Pendapatan
Pencatatan pendapatan diterima dimuka menggunakan metode pendapatan apabila pada saat menerima uang muka dari customer perusahaan mencatatnya sebagai pendapatan, yaitu pada akun pendapatan jasa. Nominal yang digunakan adalah sejumlah pendapatan yang masih belum menjadi hak perusahaan.
Contoh Penyesuaian:
Sebagian neraca saldo per 31 Desember 2018
- Sewa diterima dimuka Rp 6.000.000,-
- Pendapatan Jasa Rp 9.000.000,-
Data penyesuaian pada 31 December 2018 sebagai berikut:
- Sewa diterima dimuka untuk jangka waktu 2 tahun dimulai dari tanggal 3 Oktober 2018
- Pendapatan jasa yang telah diselesaikan oleh perusahaan sebesar Rp 5.000.000,-
Des | 31 | Sewa diterima dimuka | 750.000,- | – |
– Pendapatan sewa | – | 750.000,- | ||
(6.000.000 X 3/24) | ||||
31 | Pendapatan jasa | 4.000.000,- | – | |
– Pendapatan diterima dimuka | – | 4.000.000,- | ||
(9.000.000 – 5.000.000) |
Penyesuaian saldo kas di catatan perusahaan dan laporan rekening koran bank
Penyesuaian ini digunakan untuk mengoreksi selisih antara saldo kas menurut catatan perusahaan dan saldo kas menurut laporan rekening Koran bank. Yang perlu dicatat dalam jurnal penyesuaian adalah koreksi yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya saldo kas menurut catatan perusahaan.
Contoh:
Data penyesuaian 31 Desember 2018
Laporan rekening Koran dari bank dan catatan perusahaan menunjukkan selisih sebesar Rp 350.000,-. Selisih dengan catatan perusahaan disebabkan karena bank telah mendebit beban administrasi sebesar Rp 150.000,- dan mengkredit pendapatan jasa giro sebesar Rp 500.000,-.
Des | 31 | Kas | 350.000,- | – |
Beban administrasi bank | 150.000,- | – | ||
– Pendapatan jasa giro | – | 500.000,- | ||
(Diterima pendapatan jasa giro) | ||||
Penyesuaian Cadangan Kerugian Piutang
Penyesuaian ini digunakan untuk mencatat besar taksiran dari kerugian piutang tak tertagih selama periode akuntansi apabila digunakan metode cadangan dalam penghapusan piutang perusahaan. Pencatatannya dilakukan setiap akhir periode akuntansi tergantung dengan kebijakan perusahaan itu sendiri.
Contoh Penyesuaian:
Sebagian neraca saldo per 31 Desember 2018:
- Piutang Dagang (D) Rp 150.000.000,-
- Cadangan Kerugian Piutang (K) Rp 1.200.000,-
- Penjualan (K) Rp 500.000.000,-
Data penyesuaian 31 Desember 2018:
- Kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar 3% dari saldo piutang dagang
- Kerugian piutang tahun ini diperkirakan sebesar Rp 0,5% dari penjualan
Des | 31 | Beban Kerugian Piutang | 3.300.000,- | – |
– Cadangan Kerugian Piutang | – | 3.300.000,- | ||
((150.000.000 X 3%) – 1.200.000) | ||||
31 | Beban Kerugian Piutang | 2.500.000,- | – | |
– Cadangan Kerugian Piutang | – | 2.500.000,- | ||
(500.000.000 X 0,5%) |
Pengertian Neraca Lajur
Neraca Lajur adalah suatu kertas kerja berkolom-kolom atau berlajur-lajur yang dirancang untuk membantu dan menghimpun semua data akuntansi yang dibutuhkan saat perusahaan akan menyusun laporan keuangan pada akhir periode akuntansi.
Sebenarnya neraca lajur sering disebut sebagai kertas kerja yang digunakan sebagai alat pembantu oleh perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan.
Neraca lajur bukan merupakan bagian dari catatan akuntansi yang formal, yang artinya tidak termasuk dalam siklus akuntansi secara normal karena hanya merupakan alat pembantu dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga penyusunan neraca lajur dalam perusahaan adalah bersifat opsional (Boleh dibuat ataupun tidak, tergantung kebutuhan perusahaan).
Neraca lajur bukan merupakan sebuah laporan keuangan. Oleh karena itu neraca lajur tidak perlu untuk dipublikasikan kepada pihak luar perusahaan.
Neraca lajur juga tidak dapat menggantikan kedudukan catatan akuntansi dan laporan keuangan, melainkan semata-mata hanya merupakan alat pembantu dalam mempermudah penyusunan laporan keuangan.
Neraca lajur sangat bermanfaat pula untuk memeriksa data yang akan dimasukkan dan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam neraca lajur, saldo akun dari buku besar setelah penyesuaian akan diseimbangkan dan disusun dengan cara-cara yang sesuai dengan penyusunan akun dalam laporan keuangan.
Pemakaian neraca lajur sebagai alat pembantu juga dapat menunjukkan bahwa prosedur-prosedur yang perlu dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan telah dilaksanakan secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan neraca lajur adalah sebagai berikut:
- Memudahkan dan membantu dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan.
- Untuk menggolongkan dan meringkas informasi dalam neraca saldo dan jurnal penyesuaian, sehingga merupakan persiapan sebelum disusun laporan keuangan secara formal.
- Untuk mempermudah dalam menemukan kesalahan yang kemungkinan akan dilakukan dalam pembuatan jurnal penyesuaian.
Bentuk-Bentuk Neraca Lajur
1 – Neraca Lajur 6 Kolom
2 – Neraca Lajur 8 Kolom
3 – Neraca Lajur 10 Kolom
4 – Neraca Lajur 12 Kolom
Cara Penyusunan Neraca Lajur
- Masukkan saldo-saldo akun buku besar ke dalam kolom neraca saldo pada neraca lajur.
- Masukkan ayat-ayat jurnal penyesuaian ke dalam kolom Penyesuaian pada neraca lajur.
- Mutasi kan kolom neraca saldo dan jurnal penyesuaian ke dalam kolom neraca saldo disesuaikan.
- Memindahkan jumlah-jumlah dalam kolom neraca saldo disesuaikan ke dalam kolom laba rugi atau kolom neraca. Untuk akun nominal ke kolom laba rugi dan akun riil ke kolom neraca.
- Menjumlahkan kolom laba rugi dan kolom neraca, memasukkan angka laba bersih atau rugi bersih sebagai angka pengimbang ke dalam kedua pasang kolom laba rugi atau neraca dan sekali lagi menjumlahkan kolom-kolom tersebut.
Contoh Studi Kasus
Soal-soal
Berikut ini adalah neraca saldo Perusahaan M1 per 31 Desember 2018:
Data penyesuaian perusahaan pada tanggal 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:
- Setelah dilakukan stock opname, Perlengkapan Toko yang masih tersisa adalah Rp 800.000,-, sedangkan untuk Perlengkapan Kantor yang tersisa sebesar Rp 300.000,-.
- Beban asuransi adalah asuransi yang dibayar untuk 1 tahun mulai tanggal 4 Mei 2018.
- Sewa dibayar dimuka untuk masa 2 tahun mulai tanggal 1 Februari 2018
- Gaji karyawan yang masih harus dibayar oleh perusahaan sebesar Rp 1.500.000,-
- Peralatan untuk tahun 2018 disusutkan sebesar Rp 1.500.000,-
- Iklan dibayar dimuka untuk 10 kali penerbitan baru diterbitkan sebanyak 8 kali
- Bunga Obligasi dengan bunga sebesar 6% diterima setiap tanggal 1 Mei dan 1 November
- Listrik, air, dan telepon perusahaan belum dibayar sebesar Rp 2.000.000,-
- Cicilan utang perusahaan kepada Bank BCA dikenai bunga 9% setahun dan sebesar Rp 2.000.000,- akan dibayar bulan Januari
- Perusahaan menerima jasa giro dari bank sebesar Rp 800.000,- dengan dikenai beban administrasi bank sebesar Rp 200.000,-
- Pendapatan diterima dimuka yang telah diselesaikan sebesar Rp 12.000.000,-, sisanya akan diselesaikan bulan Januari
Diminta :
- Jurnal Penyesuaian
- Neraca Lajur 10 Kolom
- Laporan Keuangan (Laporan Laba Rugi, Laporan perubahan ekuitas, dan neraca)
Jurnal Penyesuaian
Berdasarkan data penyesuaian di atas, berikut jurnal penyesuaian dari Perusahaan M1:
Neraca Lajur 10 Kolom
Dari neraca saldo dan jurnal penyesuaian di atas, jika dibuatkan neraca lajur adalah sebagai berikut:
- Laporan Laba Rugi
- Laporan Perubahan Ekuitas
- Laporan Posisi Keuangan
Itu dia artikel mengenai Jurnal Penyesuaian dan Neraca Lajur dari kami Hehehe. Mungkin ada yang mau bertanya mengenai akuntansi dan perpajakan, bisa berkunjung ke link berikut Tanya Jawab atau bisa langsung saja ke Facebook atau Instagram kami. Semoga Bermanfaat.