Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi Lengkap dengan Artinya

Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi Lengkap dengan Artinya. Pada artikel ini kita akan membahas mengenai apa aja sih Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi yang ada dan harus dipatuhi.

Di artikel sebelumnya kita telah membahas mengenai Bidang & Profesi dalam Akuntansi. Nahh… Sekarang kita akan membahas mengenai Asumsi dan Prinsip Dasar yang ada dalam Akuntansi.

Materi ini ada pada pelajaran SMK kelas 1 serta pada SMA kelas 3 dan materi ini juga sering keluar dalam beberapa olimpiade akuntansi yang diselenggarakan, jadi pastikan kalian memahami materi ini dan terus mengingatnya.

Untuk umumnya, Asumsi Dasar Akuntansi itu adalah berdasarkan apa akuntansi itu dikerjakan dan bagaimana cara untuk mengerjakan akuntansi tersebut, sedangkan Prinsip Dasar Akuntansi itu adalah peraturan yang harus dipatuhi dalam mengerjakan siklus akuntansi serta Dasar dalam menentukan cara mengerjakan suatu peristiwa yang masih jarang ditemuhi dalam akuntansi.

Berikut ini adalah Asumsi dan Prinsip Dasar dalam Akuntansi:

Asumsi Dasar Akuntansi

1 – Kesatuan Usaha Khusus (Economic Entity)

Asumsi ini menyatakan bahwa perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Dengan anggapan seperti ini, maka transaksi-transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi. Jadi intinya urusan perusahaan yah perusahaan dan urusan pribadi yah pribadi jangan disangkut-pautkan yah…

2 – Kelangsungan Usaha (Going Concern)

Asumsi ini menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha dimana perusahaan akan terus melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan untuk dilikuidasi atau dikurangi secara material skala usahanya.

3 – Penggunaan Unit Moneter (Unit Monetary)

Dikarenakan beberapa transaksi yang terjadi dalam perusahaan dapat dicatat dengan menggunakan ukuran unit fisik atau waktu, tetapi tidak semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran unit fisik yang sama, sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam di dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu. Unit moneter yang digunakan adalah mata uang dari negara dimana perusahaan itu berdiri.

4 – Periode Waktu (Time Period)

Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode yang satu ke periode yang lain dengan volume dan laba yang berbeda. Masalah yang timbul adalah pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode-periode tertentu di mana dibuat laporan-laporan keuangan. Laporan-laporan keuangan ini harus dibuat tepat pada waktunya, agar berguna bagi manajemen dan kreditur. Oleh karena itu perlu dilakukan alokasi ke periode-periode untuk transaksi-transaksi yang mempengaruhi beberapa periode.

Prinsip Dasar Akuntansi

1 – Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Sebagian besar aset dan liabilitas diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Pada awal akuisisi, biaya historis sama dengan nilai wajar. Dalam periode berikutnya, ketika kondisi pasar dan ekonomi berubah, biaya historis dan nilai wajar sering kali berbeda atau bisa saja berubah.

2 – Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pada umumnya pendapatan diakui jika telah direalisasi atau dapat direalisasi dan telah dihasilkan. Pendekatan ini sering kali dipandang sebagai prinsip pengakuan pendapatan.

3 – Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Suatu laporan keuangan yang disajikan, pada hakikatnya harus mempertemukan secara layak antara biaya-biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan-pendapatan yang diterima selama satu periode akuntansi yang sama. Sehubungan dengan hal ini, suatu pendapatan yang telah diakui pada periode sebelumnya sebagian ada yang ditangguhkan, maka unsur biaya yang berkaitan dengan pendapatan itu harus ditangguhkan sesuai dengan periode pendapatan yang bersangkutan. Hal tersebut ditujukan untuk menyajikan laporan keungan dengan pendapatan laba bersih yang wajar sesuai dengan periode akuntansi yang bersangkutan.

4 – Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principles)

Dalam prinsip ini, penyediaan informasi yang mencukupi digunakan untuk mempengaruhi penilaian keputusan pemakai. Prinsip ini mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade-off penilaian.

5 – Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Laporan keuangan suatu perusahaan seringkali dibandingkan dengan laporan tahun sebelumnya, dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai. Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun.

6 – Prinsip Objektivitas (Objectivity Principle)

Manfaat dari suatu laporan keuangan ditentukan oleh objektivitas dengan pembuktian dan kebenaran data tersebut. Hal ini untuk menghindari terjadinya salah penilaian, yang kemudian akan mengakibatkan kesalahan dalam interpretasi dalam membuat laporan keuangan.

7 – Prinsip Material (Materiality Principle)

Prinsip ini menyangkut masalah apakah suatu jumlah perlu diperhitungkan atau tidak, karena jumlah tersebut memiliki arti atau sangat penting. Prinsip ini bertitik tolak dari pengaruh transaksi terhadap kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan. Jika pengaruhnya cukup berarti dalam mempengaruhi keputusan-keputusan maka dianggap cukup material.

8 – Prinsip Konservatif (Conservatism Principle)

Prinsip ini merupakan manifestasi dari sikap hati-hati dalam menghadapi ketidakpastian. Hal ini timbul karena anggapan bahwa neraca itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan kreditur, investor, para pemilik dan pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga ditekankan pada penilaian dengan jumlah yang lebih rendah.

9 – Prinsip Kelengkapan (Completeness Principle)

Agar dapat diandalkan, informasi laporan keuangan harus lengkap dengan batasan materialistis dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dank arena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna jika ditinjau dari segi relevansi.

10 – Prinsip Dapat Dimengerti (Understandability Principle)

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.

Kendala Dalam Pemenuhan Asumsi dan Prinsip Akuntansi

1 – Tepat Waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

2 – Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang pervasive daripada karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan dari operasional perusahaan seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pengguna informasi akuntansi yang menikmati manfaat.

3 – Keseimbangan diantara Karakteristik Kualitatif

Dalam praktik, keseimbangan atau trade-off di antara berbagai karakteristik kualitatif sangat diperlukan. Tujuannya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan.

4 – Penyajian Wajar

Penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan apa yang ada pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar atau menyajikan dengan wajar informasi semacam itu.

Demikian artikel asumsi dan prinsip dasar akuntansi. Bila kalian masih ada yang belum dimengerti atau kurang paham dalam materi ini, kalian bisa bertanya kepada admin dalam menu Tanya Jawab. Semoga bermanfaat.